Sensasi Cibom (Jelajah Ujung Kulon 2)

Tanjung Layar

Terbangun dari tidur setelah puas tidur sepanjang malam. Langit Ujung Kulon masih tampak sedikit gelap. Namun tidak menghalangi penglihatan karena terpancar sedikit bias sinar sang mentari. Segar sekali merasakan pagi di pulau tak berpenghuni ini.

Bergegas menuju aliran muara yang tak jauh dari tenda bersama beberapa orang teman untuk berwudhu dan menunaikan sholat subuh yang masih tersisa. Air wudhu yang bersumber langsung dari mata air ini sungguh terasa segar sekali.

Kembali ke tenda setelah berwudhu dan menunaikan sholat subuh dengan beralasakan kain parasut anti hujan penutup tenda yang digunakan sebagai sajadah. Sungguh berbeda rasanya sholat beratapkan langit di alam terbuka seperti ini. Ditambah lagi dengan hamparan laut luas yang terdapat disebelahnya. Dan suasana sepi hutan dengan suara khas jangkriknya yang memberikan kesan yang berbeda. Ingin rasanya bisa merasakan sensasi seperti ini setiap hari.

Setelah sholat subuh tertunaikan kemudian semua berkumpul disatu tempat disebelah tenda yang beralaskan rumput hijau untuk menanti matahari terbit. Para potografer telah bersiap dengan kamera mereka masing-masing. Para model pun (gubrak!) telah siap untuk diarahkan berpoto siluete dengan sang mentari.

Siluete

Dan sang mentari pun terbit. Sayang sekali pesonanya tidak seperti yang diharapkan karena terhalang sebagian oleh gumpalan awan. Namun para pemotret tetap melakukan aksi jeprat-jepretnya karena sinar jingga yang dipancarkannya juga cukup memukau. Poto bareng sang mentari pun berlangsung beberapa lama hingga sinar jingganya tak terlihat lagi. Seiring berjalannya waktu sang mentari pun semakin beranjak naik dan pesona jingganya kian memudar.

Semua kembali sibuk masing-masing sambil menanti sarapan pagi tersedia. Ada yang sibuk memasak air untuk membuat minuman hangat pagi hari, ada juga yang tampak sibuk melakukan senam yoga, dan ada yang masih betah dengan kameranya jepret sana-sini.

Tak lama kemudian sarapan pagi pun datang. semua beranjak menuju sebakul nasi beserta lauk-pauknya itu untuk meredam rasa lapar yang mendera serta untuk bekal energi pada petualangan selanjutnya. Setelah rasa lapar menghilang dan energi semakin bertambah, semua bersiap untuk melakukan tracking menjelajahi Pulau Cibom sebagaimana yang telah terjadwal dalam itinerary.

Tak lupa untuk mengabadikan momen sejenak di papan selamat datang Ujung

Taman Nasional Ujung Kulon

Kulon yang terdapat tak jauh di belakang tenda sebelum memulai perjalanan. Perjalanan pun dimulai dengan berbaris membentuk formasi satu-satu serta dipandu oleh seorang guide. Tampak segar raut wajah para petualang diawal perjalanan ini. Semua terlihat menikmati melakukan perjalanan menembus semak belukar ini.

Tracking

Senang rasanya bisa melakukan hobi lama ini. Berjalan menyusuri hutan yang khas dengan suasana sepi dan suara jangkriknya bersama orang-orang yang memiliki kegemaran serupa. Medan awal yang ditempuh terasa biasa saja. Namun di medan-medan berikutnya terdapat sedikit kesulitan yang cukup bervariasi. Mulai dari menyeberangi genangan lumpur yang dilewati dengan bantuan sebatang kayu yang berukuran nge-pas dengan telapak kaki, melewati bangkai batang pohon besar yang telah tumbang, hingga menuruni jalanan yang cukup landai.

Sepanjang perjalanan berharap sekali bisa menemukan binatang langka yang dimiliki pulau ini, yaitu Badak Bercula Satu. Tetapi sayang tidak berhasil menemukannya seekor pun. Memang agak sulit untuk bisa menemukannya terlebih lagi hewan tersebut sangat pemalu dan populasinya diperkirakan hanya tinggal 50 ekor.

Tak lama kemudian terdengar suara ombak laut menepi yang tak terlihat wujudnya karena terhalang oleh pepohonan hutan. Sepertinya sesaat lagi akan tiba di objek pertama, Pantai Ciramea. Rasa tak sabar ingin segera

Tracking 2

melihat keindahan pantainya. Tetapi entah kenapa perjalanan menuju pantai tersebut rasanya tak kunjung tiba. Terasa masih jauh saja. Ternyata jalan yang harus ditempuh untuk sampai kesana harus melewati belokan yang cukup panjang. Padahal sebenarnya jaraknya tidak begitu jauh.

Dan akhirnya pantai yang membuat rasa penasaran itu pun terlihat juga dari kejauhan 30 meter. Rasa lelah dan senang bercampur menjadi satu karena akan tiba ditujuan pertama. Wow, indah sekali pantainya.

Pantai Ciramea 2

Sebagian teman ada yang langsung menuju pantai menikmati keindahannya. Namun sebagian lagi sengaja mengistirahatkan tubuhnya sejenak disebuah gubuk yang terdapat tak jauh dari pantai. Rasa haus mendera. Untungnya tak jauh dari tempat beristirahat terdapat sebuah aliran air nan jernih. Segera beranjak kesana untuk menghilangkan dahaga yang menggerogoti selama perjalanan tadi.

Setelah puas beristirahat kemudian semua menuju ke pantai dan bergabung

Pantai Ciramea

dengan teman-teman yang terlebih dahulu kesana serta melakukan poto bersama dengan latar Pantai Ciramea yang menghadap langsung ke Laut Selatan itu. Keindahan pantainya dengan pasirnya yang putih, kejernihan air lautnya, ditambah dengan deretan pepohonan hijau di pinggir pantai yang dinaungi dengan langitnya yang biru membuat betah berlama-lama disini.

Tracking on Ciramea

Namun waktu yang tidak bisa di pause barang sedetik mengharuskan untuk segera menyudahi menikmati keindahan pantai ini dan melanjutkan ke objek berikutnya sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Perjalanan menuju objek kedua ini menghabiskan sebagian perjalanan di pesisir pantai. Cukup melelahkan juga berjalan di pesisir pantai seperti ini karena pasirnya yang lembut membuat langkah terasa sedikit berat ditambah dengan sinar matahari yang cukup menyengat. Untuk mengurangi rasa lelah selama berjalan di pesisir pantai ini sengaja berjalan di bagian airnya yang cukup segar.

Akhirnya perjalanan kembali memasuki jalur pepohonan yang bersemak belukar. Rasa lelah sedikit berkurang karena terlindung dari sengatan

Jalur Bebatuan

matahari di bawah pepohonan yang teduh. Tak lama kemudian perjalanan pun keluar dari jalur pepohonan dan masuk ke jalur penuh bebatuan besar pinggir pantai yang terhantam oleh ombak yang cukup besar. Jalur ini sedikit membuat sport jantung. Dua orang teman yang melintasi dibagian yang cukup rawan terhantam ombak yang cukup besar. Bersyukur mereka tidak mengapa. Hanya kehilangan sebuah kacamata hitam.

Beberapa orang teman yang belum melintasi jalur rawan tersebut menjadi lebih berhati-hati untuk melintasinya setelah melihat kejadian tadi. Alhamdulillah, semua dapat melewatinya dengan lancar. Ternyata dibalik bebatuan besar tersebut terselip sebuah pemandangan yang sungguh indah. Sepertinya ini hadiah setelah bersusah payah berjuang melintasi jalur berbahaya tersebut. Ya ini objek tujuan kedua, Tanjung Layar.

Tanjung Layar 2

Hamparan padang rumputĀ  hijau serta tembok bebatuan besar seukuran rumah 3 lantai yang terdapat di Tanjung Layar ini cukup membuat takjub. Subhanallah. Namun hanya sesaat saja mampir menikmati keindahan di Tanjung Layar ini karena rencananya akan mampir kesini lagi setelah berkunjung ke rumah penjaga pulau ini yang terletak tak jauh dari sini.

Tiba di tempat tinggal Penjaga Pulau. Tampak dua orang laki-laki berusia sekitar 40-an keluar dari rumah. Disambut dengan baik oleh si tuan rumah. Seperti sudah mengerti apa yang diinginkan oleh para petualang ini, mereka pun segera mengeluarkan sepanci air putih. Tanpa pikir panjang semua menyerbu antri untuk melepas dahaga. Sungguh berharga sekali segelas air putih disaat kritis seperti ini.

Menara Pulau Cibom

Setelah puas berbincang-bincang dengan kedua penjaga pulau itu kemudian beranjak menuju menara yang terletak tak jauh dari sini. Hanya beberapa orang saja yang berani memanjati menara yang kelihatan sudah cukup tua ini (soalnya besi udah berkarat. glek!). Termasuk 2 orang teman wanita yang sepertinya ingin menunjukkan kesetaraan mereka dengan kaum pria (emansipasi kali ya :P). Dan dari semua yang memanjati menara tersebutĀ  hanya sebagian kecil yang berhasil memanjatinya hingga ke puncak. Ada yang hanya bertahan sampai pertengahan menara. Juga ada yang duduk terkulai lemah tak berdaya begitu tiba di pos pertama menara ini (^^V). Bersyukur bagi mereka yang

Diatas Menara

berhasil memanjatinya hingga ke puncak karena dapat melihat pemandangan yang sangat indah dari atas sana.

Setelah puas memanjati menara kemudian mendatangi tempat tinggal penjaga pulau tadi untuk berpamitan. Setelah berpamitan dan meninggalkan

Tanjung Layar 3

mereka lalu kembali lagi ke Tanjung Layar seperti yang telah dijanjikan untuk melakukan Photo Session (eh, narsis session :P). Seperti tak ingin melewatkan kesempatan langka mengabadikan momen di keindahan Tanjung Layar ini semua pose pun dikeluarkan sampai mati gaya :D. Setelah puas berpoto-poto selanjutnya bersiap untuk menuju pulang.

Di perjalanan pulang ini tak sengaja menemukan sebuah pohon raksasa yang

Big Tree

akarnya segede rumah. Tak mau melewatkan momen unik ini, semua yang melewati ini pun melakukan poto-poto dengan latar akar pohonnya saja (gak bisa ngambil sampe ujung pohon). perjalanan dilanjutkan kembali dengan melintas dari bawah akarnya yang besar. Di perjalanan pulang para petualang ini ditugaskan untuk membawa 3 batang kayu bakar yang digunakan untuk prosesi api unggun di malam hari.

Tenda

Tak lama kemudian terlihat penampakan di depan sana yang menandakan bahwa itu adalah tempat berdirinya tenda kami. Ya, ternyata benar. Tak lama lagi perjalanan ini akan segera berakhir. Ah, tak sabar rasanya ingin merebahkan kaki beristirahat sepuasnya.Ā  Dan sederetan tenda pun terlihat jelas didepan mata. Dan akhirnya sampai juga di garis finish. Langsung mengistirahatkan diri dihalamannya yang berumput sambil menikmati pemandangan laut yang terhampar cerah didepan sana. Segar rasanya. Semua beristirahat sambil menanti untuk melakukan petualangan selanjutnya menjelajahi Tanah Seberang, Pulau Cidaun. (To Be Continuedā€¦ ā€œJelajah Ujung Kulon 3ā€)

12 thoughts on “Sensasi Cibom (Jelajah Ujung Kulon 2)

  1. Dearrr my friend Cotto

    Irinya daku pada mu yang bisa menjelajahi ujung Kulon,
    Keindahan matahari tidak akan pernah ada habisnya begitu juga dengan bulan dan yang lainya jika kita melihat pada alam terbuka,.. terimakasih banget sama dikau yg sudah mau membagikannya,..
    I hope someday can enjoy nature as you see and tell…

    Best Regards
    Juwita cantik

  2. Magical Journey Brother..It trully does..
    Gak terlupakan, sangat berkesan..
    Yups setetes air di Tanjung Layar setelah menyusuri Ciramea yg dramatis itu..nikmatnya tak terkatakan..
    What a trip..what a story, like it a lot..thanks ya šŸ™‚

  3. Hehehehe….membaca cerita ini jadi mengingat masa-masa itu…masa-masa susah senang bersama karena bukan sebuah trip yang ringan…dibayangin endemik malaria…tapi Alhamdulillah semua dalam keadaan selamat sehat dan walafiat…tapi kok bersambung terus yah…kapan tamatanya neh…jangan kayak cinta fitri…hehehe.

Leave a reply to enzie Cancel reply