Kepri dan Riau itu Beda

IMG-20151120-WA008
Travel Blogger Kepri dan Pak Guntur Sakti

Kepri bukan Riau. Kalimat ini seketika menjadi trending topic dalam obrolan kami malam kemarin, Jumat, 20 November 2015. Ya, malam itu kami, Travel Blogger Kepri (TBK), mendapat kesempatan untuk bertemu dengan orang nomor satu di dunia pariwisata Kepri, Guntur Sakti.

Kepri bukan Riau. Lagi-lagi kalimat ini terucap dalam forum nan serius tapi santai ini. Pak Guntur yang menjabat sebagai Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Kepri senantiasa menekankan agar pengucapan Kepri terus dibiasakan. Tak perlu, dan sebaiknya jangan diuraikan menjadi Kepulauan Riau, karena dapat menyebabkan bagi orang awam menganggapnya sebagai Riau. Katakan saja, Kepri.

Pak Guntur memang masih gencar untuk mengingatkan bahwa Kepri bukanlah Riau, meski sudah 13 tahun lamanya kedua propinsi ini berpisah, sejak 24 September 2002. Hal ini disebabkan, masih ada saja pihak-pihak yang menggunakan nama Riau terhadap potensi pariwisata yang ada di Kepri. Seperti kampanye yang pernah dilakukan sebuah produk deodoran ternama baru-baru ini yang menyebutkan Anambas sebuah daerah di Riau. Plis. Anambas itu ada di Kepri, broh!

Pada kesempatan tersebut, hadir 25 Travel Blogger asal Kepri yang aktif menulis tentang jalan-jalan di blog pribadi, termasuk penulis. Pak Guntur juga membawa keempat orang stafnya dari Dispar Kepri; Franky, Iqbal, Emiliawati, dan fotografer profesional Yuli Seperi. Sebelum diskusi dimulai, terlebih dahulu para awak TBK diminta untuk memperkenalkan diri masing-masing. Belum semuanya saling mengenal memang, mengingat semua yang hadir di sini berasal dari beberapa komunitas blogger berbeda yang ada di Kepri. Tak ketinggalan utusan dari para penulis Kompasiana. Berbagai profesi pun menyatu dalam komunitas pecinta jalan-jalan dan menulis ini.

Pak Guntur memang merupakan sosok yang kreatif, setiap personil TBK diajak berbagi ide terkait pengembangan pariwisata di Kepri. Setiap gagasan yang disampaikan para TBK, ditampung oleh beliau untuk kemudian dipertimbangkan dan diharapkan dapat diterapkan dalam program kepariwisataan. Saat membuka acara, selain mengajak untuk menggaungkan #KepriBukanRiau, beliau juga memaparkan tentang statistik terkait kunjungan wisatawan mancanegara (wisman) di Provinsi Kepri.

Kepri merupakan provinsi kepulauan terbesar yang dimiliki negeri ini. Sebesar 96 persen merupakan wilayah lautan. Sisanya, hanya 4 persen luas daratan. Sehingga tak heran jika provinsi ini memiliki pulau-pulau kecil yang menyebar di hamparan lautannya nan luas. Tercatat ada sekitar 2.408 pulau di provinsi yang berbatasan dengan beberapa negara di Asia Tenggara ini; Vietnam, Kamboja, Malaysia, dan Singapura. 19 pulau di antaranya menjadi garda terdepan negeri ini bernama; Iyu Kecil, Karimun Kecil, Nipah, Palempong, Batuberhenti, Nongsa, Tokongmalangbiru, Mangkai, Damar, Tokongnanas, Tokongberlayar, Tokongboro, Semiun, Sebetul, Sekatung, Senoa, Subi, Kepala, dan Sentut.

IMG00701-20151120-2146.jpg
Salah seorang Travel Blogger sedang membagikan gagasannya

Letak geografis Provinsi Kepri yang strategis, bertetangga dekat dengan negara Malaysia dan Singapura menjadi nilai tambah tersendiri terhadap kunjungan wisatawan mancanegara (wisman). Urutan ketiga dalam perolehan kunjungan wisman terbanyak setelah Jakarta dan Bali, tak pelak mampu diraih provinsi Tanah Melayu ini. Sebanyak 20 persen dari 10 juta wisman yang berkunjung ke Indonesia masuk melalui Kepri. Ada 4 kabupaten/kota yang menjadi pintu masuk bagi wisman yang hendak berkunjung ke provinsi Segantang Lada ini; Batam, Bintan, Tanjungpinang, dan Karimun. Namun, Batam tetap menjadi primadona kunjungan terbanyak, yaitu menyumbang sebesar 75 persen wisman.

Cahaya lampu kuning yang menerangi balai VIP tempat pertemuan kami yang terbuat dari bambu di Restoran Saung sunda Sawargi ini tiba-tiba terasa adem. Suasana nan khusyu’ menyimak poin-poin yang disampaikan oleh Pak Guntur tentang kepariwisataan Kepri seketika menjadi cair. Para TBK diajak oleh beliau untuk berdiskusi dan menyumbangkan ide-ide yang bisa diaplikasikan bagi pengembangan pariwisata di Kepri. Beliau seperti tak pernah kehabisan ide. Usai membuat segala gebrakan seperti kompetisi CWK (Creating Wonderful Kepri), Media (Nasional) FamTrip, mengundang puluhan kapal yacht dari luar negeri, dan berbagai terobosan lainnya, kali ini menciptakan strategi baru, merangkul para travel blogger yang ada di Kepri untuk menceritakan keindahan Kepri melalui blog.

Danan Wahyu, Travel Blogger yang juga kreatif dalam mengonsep sebuah video di youtube ini membagikan gagasannya. Ia menyampaikan bahwa perlunya diadakan kegiatan kepariwisataan dengan melibatkan TBK secara kontinyu. Tidak perlu mengeluarkan anggaran besar, cukup mendatangi sebuah restoran, menyambangi resort, atau menghadiri berbagai event kepariwisataan namun rutin setiap bulan. Hal ini dimaksudkan agar segala informasi tentang Kepri bisa terus dibagikan melalui berbagai aplikasi media sosial seperti twitter, instagram, facebook, dll. yang memang menjadi candu ‘mainan baru’ generasi masa kini. Dan tentunya akan dipublikasikan melalui blog yang merupakan ‘rumah’ bagi para TBK.

Lina Sasmita, travel blogger yang situs blognya sering menempati peringkat teratas di mesin pencarian Google ini juga urun mencurahkan gagasannya. Ia menyarankan agar penduduk lokal yang daerah atau pulaunya didatangi para wisatawan agar lebih diperhatikan dan diajak untuk terlibat sebagai pelaku pariwisata. Hal ini disadarinya saat suatu kali berkunjung ke sebuah pulau kecil, seorang penduduk di pulau tersebut mengungkapkan rasa senangnya didatangi oleh pendatang, yang terbantu karena dapat menggerakkan perekonomian mereka.

Tidak sedikit juga para TBK yang membagikan ide-idenya serta menyinggung tentang destinasi pulau-pulau kecil atau belum tersentuh oleh Dispar Kepri seperti Belakangpadang, Pulau Kasu, Pulau Kundur, dan pulau-pulau kecil lainnya yang menyimpan potensi besar. Termasuk Pulau Manis yang bakal disulap menjadi primadona wisata bahari bernama Funtasy Island yang dikelola oleh Singapura dan sempat menjadi pembicaraan karena dikabarkan orang Indonesia yang mau akses menuju ke sana harus melalui Singapura terlebih dahulu. Ironis memang.

Malam semakin larut. Tak terasa diskusi yang ditargetkan selesai pukul 10 teng, ngaret setengah jam hingga 10.30. Larut dalam asiknya berbagi ide tentang dunia wisata yang memang menjadi passion kami, para petualang wisata. Sebelum meninggalkan lokasi, tak lupa melakukan ritual wajib sejenak, foto bersama. Dan, kami pun pulang dengan hati riang, karena telah menjadi bagian dari Dispar Provinsi Kepri.

 

8 thoughts on “Kepri dan Riau itu Beda

Leave a reply to Iqbal Rois Cancel reply