Keliling Singapura dengan Bus dan STP (Singapore Tourist Pass)

bus singapura
Mau ke Singapura (lagi) tapi bosan dengan tempat wisata yang itu-itu saja. Bisa coba cara yang satu ini, keliling Singapura dengan bus!
(note: versi videonya bisa ditonton di bagian terakhir tulisan)
Duduk manis di dalam bus sambil menikmati penampakan tiap sudut Singapura yang selalu menyegarkan. Karena wisata ini sepenuhnya menggunakan bus, sebaiknya gunakan kartu yang saldonya unlimited: SINGAPORE TOURIST PASS (STP). Harga kartu ini berdasarkan berapa hari digunakan.
1 hari = SGD 10 + deposit SGD 10 = SGD 20
2 hari = SGD 16 + deposit SGD 10 = SGD 26
3 hari = SGD 20 + deposit SGD 10 = SGD 30

Continue reading “Keliling Singapura dengan Bus dan STP (Singapore Tourist Pass)”

Perjalanan Darat dari Chiang Mai hingga Kuala Lumpur dengan Bus

bangla walking street terhubung ke pantai patong

Catatan: Bagi yang tidak sempat membaca bisa ‘membaca’ versi videonya di bagian terakhir tulisan ini.

Berikut catatan perjalanan saya dengan tiga orang teman yang berasal dari Medan, Batam, dan Tanjung Balai Karimun. Perjalanan bermula di titik pertemuan Bandara Kuala Lumpur International Airport 2 (KLIA2).

Pada perjalanan pergi kali ini sengaja kami menggunakan pesawat untuk menghemat waktu dan biaya. Dan tentunya untuk mencegah kebosanan. Pada saat perjalanan pulang, sepenuhnya akan ditempuh melalui jalan darat dari Chiang Mai ke Kuala Lumpur, hingga ke Batam dengan menaiki bus secara estafet. Bisa juga sebaliknya.

HARI PERTAMA. 3 Jam sebelum keberangkatan, kami sudah tiba di bandara KLIA2. Pesawat (Rp621.000) ke Chiang Mai, Thailand berangkat pukul 14.50 waktu Malaysia. Konter check in rute Asia Tenggara terdapat di platform V. Perjalanan ditempuh selama 3 jam.

Continue reading “Perjalanan Darat dari Chiang Mai hingga Kuala Lumpur dengan Bus”

Hotel “Tenda” nan Mewah di Lagoi

Taman di depan kamar The Canopi

Menginap di hotel bergedung tinggi sudah menjadi hal biasa bagi sebagian orang. Bahkan, bagi yang belum pernah menginap sekali pun jika melihat hotel seperti itu akan memandang dengan biasa karena sudah sangat sering terlihat. Tetapi akan terasa berbeda jika Anda memilih menginap di The Canopi.

The Canopi menyuguhkan nuansa yang berbeda. Anda bisa saja terkecoh mengira tempat ini sebagai objek wisata karena konsep yang dihadirkan memang menyerupai taman nan indah. Kamar-kamarnya dibangun terpisah satu sama lain, konsepnya dibuat seperti tenda. Memberikan sensasi ala camping di tengah hutan.

Tetapi tentu saja kamar-kamar bergaya tenda ini dipoles dengan nuansa elegan. Menyerupai resor mewah meski  berdiri di atas lahan terbatas. Sebanyak 41 kamarnya ditata sangat apik membentuk sebuah komplek. Jalan setapak sepanjang 400 meter membelah ‘komplek’ menjadi dua.

Jangan membayangkan ruang dalam kamar ini seperti di dalam tenda biasa. Nuansa eksotis berpadu elegan saat pertama kali memasukinya. Tempat tidur didesain layaknya singgasana raja, bertirai kelambu. Di sekitarnya terdapat fasilitas meja kerja, big single sofa, televisi, AC, serta sofa panjang multifungsi yang bisa dijadikan tempat tidur.

Kamar ini tidak menggunakan tembok, semuanya berbahan kain tebal berkualitas. Kain tersebut menutupi mulai bagian atap yang mengerucut hingga sekeliling kamar. Namun pintu kamar terbuat dari kaca stainless. Mengingat kamar ini hanya berlapis kain sehingga pintu kaca tersebut diberikan pengganjal tiang di kedua sisinya. AC yang digunakan adalah portable karena tidak memungkinkan mengganjal di temboknya yang berbahan kain.

Hal unik dan menarik lainnya akan ditemukan pada desain kamar mandi yang terletak di bagian belakang, layaknya posisi dapur pada sebuah rumah, yang hanya dipisahkan oleh sebuah pintu. Kamar mandi yang menempati lahan cukup luas ini didekorasi dengan menghadirkan sentuhan alam. Dominasi bebatuan alam dengan berbagai corak menghadirkan nuansa nan eksotis.

Dari dalam kamar mandi ini bisa memandang langsung langit di atas sana. Tetapi tentu saja tidak terbuka, hanya berupa celah di antara atap dan tembok yang sengaja diberikan ruang sedikit terbuka. Tembok yang menutupi kamar mandi ini berbahan bata dan bambu. Sembari mandi bisa sekaligus dijadikan tempat untuk rileksasi.

Penataan  kamar-kamar di sini lebih terlihat seperti sebuah rumah. Setiap kamar dilengkapi dengan pekarangan taman di depannya. Taman-taman di setiap kamar terdapat fasilitas ayunan elegan yang menggantung pada sebuah tiang untuk tempat bersantai. Taman-taman di depan setiap kamar masing-masing memiliki fasilitas yang berbeda.

Selain itu terdapat juga pilihan kamar dengan fasilitas taman berupa dua buah kursi tinggi dengan meja payung ala kafe. Anda juga bisa memilih kamar dengan konsep taman yang memiliki fasilitas gazebo dengan dua buah kursi santai di dalamnya. Ada beberapa pilihan dekorasi taman di sini. Bisa dipilih sesuai selera. Penomoran setiap kamar meniru konsep perumahan di Eropa. Nomor-nomor kamar digantung pada sebuah kayu setinggi setengah meter layaknya plang penunjuk jalan.

Tarif menginap per malam di The Canopi berkisar antara 1,8 juta hingga 2,2 juta. Jika ingin menginap dengan tarif terjangkau sebaiknya datang pada hari-hari biasa atau weekday. Tarif menginap tersebut sudah termasuk dengan menggunakan wahana yang ada di crystal lagoon. Ya, The Canopi berada di kawasan yang sama dengan kolam renang berkonsep pantai yang merupakan terbesar di Asia Tenggara itu, Treasure Bay.

Menuju Ke Sana

The Canopi terdapat di kawasan wisata Lagoi, Pulau Bintan. Pulau ini tentu sudah tidak asing di telinga. Salah satu pulau cantik di negeri ini yang populer hingga ke mancanegara, khususnya bagi wisatawan Singapura.

Jika sudah mengenal Pulau Bintan tentu akan lebih mudah untuk menuju ke sini. Terlebih lagi The Canopi ini berada di kawasan wisata terpadu Lagoi yang berjarak dua jam perjalanan dari Kota Tanjungpinang dengan menggunakan mobil.

Jika kesulitan menemukan The Canopi, tanya saja dimana Treasure Bay. Ya, kawasan yang diklaim sebagai kolam renang terbesar se Asia Tenggara itu berada di dalam kawasan yang sama. Mencari kolam renang berkonsep pantai ini memang jauh lebih mudah karena menjadi perhatian banyak orang sejak pertama kali diresmikan.

Kundur dan Kolong

1430991064632312300.jpg

Pulau Kundur merupakan salah satu daerah penghasil timah di Indonesia. Banyaknya hasil timah yang terkandung di bumi Kundur membuat para pengeruk dari perusahaan pelat merah tersebut tergiur melakukan penggalian di berbagai tempat. Hingga kandungan timah di dalamnya lenyap tak bersisa. Setelah tak menghasilkan apa-apa lagi, maka lokasi penggalian tersebut dibiarkan begitu saja tanpa penimbunan kembali. Membentuk sebuah danau seukuran lapangan sepak bola yang mengeluarkan air jernih dari dalamnya.

Tidak hanya timah, kandungan berupa pasir yang terdapat di Pulau Kundur pun turut menjadi incaran para penambang. Mengeruk bumi mencapai kedalaman tertentu hingga mendapatkan pasir yang dicari. Potensi pasir yang dimiliki pulau ini menjadi lahan uang bagi para pebisnis. Bekas penggalian tersebut mengalami hal serupa sebagaimana timah. Ditinggalkan begitu saja membentuk sebuah danau buatan dengan pancaran air nan bening.

Bekas penggalian kedua hasil bumi di tanah Kundur yang menyerupai sebuah danau tersebut oleh masyarakat setempat dikenal dengan nama Kolong. Pesona yang ditampakkan oleh danau buatan tersebut tidak kalah menarik dengan danau yang terbentuk alami. Mampu menenangkan pikiran saat memandangnya. Air bening yang tampak hingga ke dasarnya tergenang tenang di atas danau. Pepohonan hutan nan hijau yang memagari sisi danau menambah elok rupa danau olahan tangan manusia tersebut.

Saat ini potensi timah masih melimpah ruah di Pulau Kundur. Namun, pihak penambang tidak melakukannya di daratan lagi melainkan di tengah lautan kawasan sekitar pulau ini. Kapal-kapal penambang beserta pusat pengeboran tersebar di beberapa titik di pulau yang memiliki sejarah dengan buah Labu Kundur ini. Ironisnya, hasil ’emas hitam’ tersebut sebagian besar dieskpor ke luar negeri termasuk negara tetangga terdekat seperti Singapura.

Kolong-kolong yang telah menjelma menjadi sebuah danau tersebut sebagiannya dimanfaatkan oleh penduduk setempat dengan beragam fungsi. Sebagian kecil lahannya digunakan sebagai area tambak ikan untuk menopang kehidupan penduduk di sekitarnya. Namun ada juga yang mengkreasikannya menjadi objek wisata. Membangun pondok-pondok tempat bersantai di bibir kolong. Menyediakan wahana sepeda air. Bahkan di beberapa kolong lainnya dimanfaatkan untuk berenang oleh anak-anak hingga orang dewasa.

PT. Timah sebagai salah satu perusahaan pelat merah yang berdiri di Pulau Kundur sampai saat ini hanya memberikan dampak sisa penggalian yang berubah wujud menjadi kolong. Meninggalkan begitu saja tanpa menyentuh yang berdampak manfaat bagi warga sekitar. Setidaknya mampu menyulapnya menjadi arena wisata yang menjual hingga mengundang orang berbondong-bondong untuk mengunjunginya. Membantu meningkatkan sendi-sendi ekonomi penduduk setempat.

Saat ini warga di sekitar kolong berusaha mengembangkan potensi danau buatan tersebut secara mandiri semampunya. Sesekali khususnya pada hari libur tak jarang didatangi para pengunjung. Khususnya sebuah kolong di Desa Gemuruh yang disediakan wahana sepeda air berbentuk bebek di dalamnya. Hanya satu kolong ini saja yang disulap warga. Dikenal warga Kundur dengan sebutan Kolong Bebek. Sedangkan lainnya masih belum tersetuh tangan-tangan kreatif. Hanya sebagai tempat penambakan ikan.

Berharap mendapat perhatian dari pemerintah kabupaten yang menaunginya khususnya dari Dinas Pariwisata dan Kebudayaan. Mendambakan sentuhan dari pemerintah Provinsi Kepri. Agar kolong-kolong tersebut bisa menjadi daya tarik di Pulau Kundur. Menopang kehidupan masyarakat setempat. Menjelma menjadi pariwisata andalan di pulau tempat lahir dan besarnya Gubernur Kepri H.M. Sani.

Eksotisme Taman Nasional Ujung Kulon

Nama Ujung Kulon sudah sangat familiar di telinga sebagian orang. Nama ini umumnya diketahui melalui buku pelajaran geografi di sekolah. Sebuah daerah di Provinsi Banten yang dikenal sebagai habitat binatang langka Badak Bercula Satu.

Selama ini Ujung Kulon memang lebih dikenal sebagai habitat hewan langka tersebut. Tetapi tahukan Anda, kawasan yang juga sebagai Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK) ini juga menyimpan pesona alam yang memesona.

Letak geografis Ujung Kulon berada di paling barat Pulau Jawa. Berbatasan langsung dengan Pulau Sumatera. Di sekitarnya terdapat gugusan pulau-pulau kecil yang berhadapan langsung dengan laut lepas Samudera Hindia. Salah satu pulau yang menjadi incaran para petualang adalah Pulau Peucang.

Pulau Peucang adalah salah satu pulau tak berpenghuni di Ujung Kulon. Hanya ditempati oleh penjaga pulau yang disediakan rumah tinggal di dalamnya. TNUK merupakan kawasan taman nasional tertua di Indonesia. United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) meresmikannya sebagai salah satu Warisan Dunia pada tahun 1991.

Pesona pantai di Pulau Peucang menyuguhkan keindahan sekaligus ketenangan. Pasir putihnya sangat lembut, bagai tepung saja. Airnya sebening kristal. Segerombolan ikan-ikan yang berlarian seirama di dalam air tampak jelas dari permukaan air.

Tidak terlihat riak gelombang yang mengalun. Permukaan laut di tepi pantai terlihat tenang. Pantai ini jarang dijamah oleh wisatawan, mengingat akses lokasinya yang cukup sulit untuk ditempuh. Rata-rata yang berkunjung ke sini para petualang yang menyukai tantangan.

Berkunjung ke pantai ini serasa milik sendiri. Sepi. Tidak ada pengunjung lain selain penjaga pulau. Garis pantainya sekitar 500 meter. Sangat cocok untuk dijadikan tempat rileksasi. Melepas penat selama bekerja. Menyegarkan pikiran. Mengecas kembali energi sebelum dihadapkan kembali dengan rutinitas.

Pulau Peucang dihuni oleh monyet-monyet liar. Tetapi tidak perlu khawatir, hewan primata ini tidak mengganggu secara fisik. Namun, harus berhati-hati terhadap barang-barang yang diletakkan, karena tangan-tangan jahil monyet-monyet tersebut siap beraksi.

Terdapat ucapan Selamat Datang di Pulau Peucang di sebuah spanduk berbahan tembok. Tingginya satu setengah meter. Cocok untuk dijadikan tempat mengabadikan momen. Bukti kenanangan di masa mendatang bahwa pernah menjejakkan kaki di taman nasional bersejarah nan eksotis ini.

Menuju Ke Sana

Pulau Peucang merupakan salah satu pulau kecil yang berada di kawasan Taman Nasional Ujung Kulon. Akses menuju pulau cantik ini memang tidak semudah mengunjungi tempat-tempat wisata pada umumnya.

Umumnya para petualang yang berkunjung ke Ujung Kulon mengawalinya dari Jakarta. Ibu kota negara tersebut memang berbatasan dekat dengan provinsi yang menaungi Ujung Kulon, Banten. Namun, letak Ujung Kulon berada di ujung barat Pulau Jawa.

Dari Jakarta sebaiknya menyewa kendaraan roda empat. Karena tidak ada angkutan umum yang menuju ke Ujung Kulon yang berada di pelosok Pulau Jawa. Lama perjalanan dari Jakarta ke Ujung Kulon memakan waktu tujuh jam perjalanan. Sebaiknya berangkat pada malam hari agar tiba di Ujung Kulon pagi hari.

Saat sudah memasuki pusat kota di Banten, perjalanan masih dilanjutkan menuju sebuah desa di pelosok Pulau Jawa bernama Taman Jaya. Jarak tempuh dari pusat kota ke Desa Taman Jaya memakan waktu sekitar satu setengah jam perjalanan.

Sejatinya, jarak tempuh ke Desa Taman Jaya bisa ditempuh jauh lebih cepat. Hanya saja, dikarenakan jalanannya yang belum beraspal dan masih beralas tanah keras nan bergelombang sehingga memakan waktu lebih lama dan harus siap menghadapi goncangan medan jalannya.

Setibanya di Taman Jaya, diharuskan untuk meminta izin kepada petugas kawasan TNUK yang merupakan warga setempat yang bernama Pak Komar, sebelum menyeberang ke pulau-pulau di sekitarnya.

Semua perlengkapan sudah tersedia mulai dari kapal kayu/pompong, life jacket, hingga tukang masak untuk makan selama di pulau-pulau tersebut. Tentu saja semua fasilitas tersebut harus disewa. Umumnya, para petualang yang bertandang ke Ujung Kulon menginap di pulau selama tiga hari dengan membawa tenda.

Menjadi Citizen Journalism di Net TV ala Rosi Meilani

Rossi Meilani merupakan seorang Blogger yang terjun ke dunia videografi. Kecintaannya pada dunia audio visual ini berawal dari program Citizen Journalism atau CJ Net di Net TV. Program berita ini memperbolehkan pemirsa mengirimkan video untuk tayang di Net TV.

Wanita berhijab yang akrab disapa Ochi ini sangat menggemari dunia traveling. Sejak tahun 2007, Mba Ochi menetap di Inggris bersama suami dan kedua orang anaknya. Lebih dari seratus video yang dikirimkannya sudah pernah mejeng di stasiun bergengsi nasional itu. Rata-rata video yang dikirimnya mengenai dunia traveling di Negeri Ratu Elizabeth.

Beberapa waktu lalu, Mba Ochi berkenan membagikan pengalamannya kepada Blogger Kepri di sebuah grup whatsapp tentang pengalamannya mengirimkan video ke Net TV. Yuk, cari tahu resep Mba Ochi bagaimana bisa produktif menghasilkan banyak video.

Bagaimana cara mengirimkan video ke Net CJ?

Pertama, harus sign up terlebih dahulu di situswww.netcj.co.id. Ikuti saja petunjuk daftar yang tertera di websitenya.

Boleh ceritakan proses kreatif Mba Ochi dalam membuat video?

Dulu, saya kalau traveling ya traveling aja. Menikmati perjalanan sebagaimana orang-orang pada umumnya. Tapi sejak aktif di Net CJ, setiap mau jalan-jalan saya selalu memikirkan hal-hal unik dari setiap perjalanan yang kira-kira bisa didokumentasikan.

Pada saat proses perekaman video usahakan ambil beberapa scene dari angel yang berbeda dan detil. Proses narasi bisa dilakukan saat pulang ke rumah. Jangan lupa untuk membuat judul semenarik mungkin. Setelah itu upload ke Net CJ.

Berapa lama durasi video yang dikirim ke Net CJ?

Saya pernah kirim video paling cepat durasinya 2 menit. Paling lama sekitar 6 menit. Tergantung jenis video yang dikirim. Kalau tentang sosok inspiratif biasanya durasinya lebih lama. Usahakan durasi video yang dikirimkan lebih lama dari saat proses tayang di TV, tujuannya agar pihak Net CJ bisa lebih bebas memilih scene-scene mana saja yang layak tayang.

Pernah tidak merasa video yang didapat kurang unik dan berapa video yan dihasilkan dalam satu kali traveling?

Enjoy saja ya. Tidak perlu menargetkan bahwa video ini harus tayang. Nikmati saja perjalanannya. Justru dengan begitu tidak membuat kita menjadi terbebani. Videonya tidak harus unik ya. Sesuatu yang dirasa cantik juga bisa direkam. Dalam satu kali traveling saya pernah menghasilkan enam materi/video.

Kamera dan program video editor jenis apa yang digunakan?

Kamera gawai Samsung 7 dan Aplikasi Power Director.

Jalan-jalan ke Langsa

Keliling Aceh 2
Deretan pondok makan mi kepiting di atas tambak-tambak ikan di Langsa, Aceh

Mengunjungi Aceh adalah impianku sejak kecil. Sebagai seorang pejalan tentu sangat mendambakan bisa menjejaki bumi paling barat negeri ini. Libur lebaran kemarin aku dan keluarga memanfaatkan waktu untuk mengeskplorasi bumi yang terkenal dengan sebutan Serambi Mekkah.

Perjalanan dimulai dari Medan. Kami beranjak dari rumah tepat pukul tujuh pagi. Sebelum menembus tapal batas provinsi, terlebih dahulu akan melewati tiga kabupaten dan kota di Sumatera Utara (Sumut). Pertama, Kabupaten Deliserdang. Ini merupakan kabupaten terbesar di Sumut. Letak geografisnya berada di pinggiran ibukota provinsi atau mengelilingi Kota Medan. Sehingga tidak terlalu lama untuk melintasinya. Wilayah kedua, kami melewati Kota Binjai. Kota mungil ini terlihat lebih bersih dan tertata dibandingkan Kota Medan. Perjalanan melintasi dua wilayah ini memakan waktu sekitar satu jam.

Wilayah ketiga yang kami lewati adalah Kabupaten Langkat. Kabupaten ini merupakan batas terakhir dari Provinsi Sumut. Perjalanan menempuh wilayah ini memakan waktu sekitar dua jam perjalanan. Sepanjang perjalanan disuguhi pemandangan berupa pemukiman penduduk yang terlihat agak jarang. Suasana ramai hanya terlihat saat melintasi ibukotanya, Stabat, dan sebuah kecamatan tua nan bersejarah bernama Tanjungpura.

Semakin mendekati tapal batas provinsi pemandangan berganti menjadi deretan pohon kelapa sawit. Gapura perbatasan menyapa kami. Selamat datang di Provinsi Aceh. Daerah pertama yang kami masuki adalah Kabupaten Aceh Tamiang. Terlihat sekali perbedaan jenis aspal jalan saat menembus batas dua provinsi ini. Jalanan di Aceh memang terkenal lebih mulus, hanya sebagian kecil yang masih perlu perawatan. Ibukota Aceh Tamiang adalah Kualasimpang.

Selanjutnya memasuki Kota Langsa. Sebelum berstatus kotamadya, kota ini pernah menjadi bagian dari Aceh Timur, tentu saja penampakannya memenuhi standar sebuah kota, terlihat lebih maju. Di kota ini kami rehat makan siang sejenak di kawasan yang dipenuhi area pertambakan hewan seafood. Disini terkenal dengan menu mi kepiting. Beberapa pondok makan berjejer di sepanjang jalan yang mengarah ke Pelabuhan Kuala Langsa.

Mie kepiting merupakan mi aceh yang dipadu dengan kepiting rebus utuh di dalamnya. Pondok-pondok makan disini berbentuk saung, bagai rumah makan terapung, berdiri di atas tambak-tambak ikan. Suasana sekitar terlihat tenang. Riak gelombang kecil air tambak yang dihembus angin menambah syahdu suasana. Jalanan yang mulus dan bersih meski hanya selebar tiga meter turut memperindah tatanan di kawasan ini. Pemukiman sekitar terlihat sederhana, rumah-rumah berbahan kayu. Namun tidak mengurangi keindahan tempat ini.

Chiang Mai Delapan Derajat

Masjid Chiang Mai

Dari Bangkok, perjalanan aku teruskan ke Chiang Mai. Perjalanan ditempuh selama sembilan jam. Pukul enam pagi bis yang aku tumpangi tiba di Chiang Mai. Rintik hujan menyambut kedatanganku. Udara dingin semakin menjadi. Musim dingin belum usai.

Chiang Mai terletak di utara Thailand. Hampir mendekati Tiongkok. Tidak heran jika atmosfer Negeri Tirai Bambu itu agak terasa di daerah ini. Jaket yang aku kenakan tidak mampu menahan dinginnya udara. Musim dingin menyebar di sebagian wilayah Thailand, termasuk ibukotanya, Bangkok.

Jika kota metropolitan seperti Bangkok saja yang terkenal panas bisa membuat aku menggigil kedinginan, apalagi Chiang Mai yang berjarak sekitar 200 kilometer ke utara. Ditambah lagi hujan di pagi hari. Sukses membuat aku bergetar menggigil sepanjang jalan.

Suasana di terminal bis ini belum terlalu ramai. Iseng aku menanyakan tiket ke kota tujuanku selanjutnya. Ternyata aku diarahkan untuk menyeberang ke terminal sebelahnya. Terminal tempat aku diturunkan ini merupakan terminal lama. Bersyukur, terminal baru berjarak tak jauh dari sini.

Terminal baru berkonsep terbuka, sebagaimana di kota-kota sebelumnya, kecuali Bangkok. Sepertinya Thailand ingin menyeragamkan terminal bis di semua provinsinya. Konsep terminal baru ini memang lebih nyaman, bersih, dan ramah bagi pengunjung.

Terminal bis ini memiliki rute internasional. Bisa langsung menuju Luang Prabhang yang berada di negeri jirannya, Laos. Jarak tempuhnya 24 jam. Harga tiket sekitar 300 ribu rupiah. Aku sekadar mencari informasi saja. Karena perjalanan panjangku ini akan bertahap ke kota-kota terdekat, meski nantinya akan melewati Luang Prabhang.

Tak jauh dari terminal aku melihat tempat sewa kendaraan. Sepeda motor terpajang berjejer di dalam ruko dua pintu. Aku memilih jenis matic untuk disewa. Tarifnya 200 baht per hari dengan meninggalkan paspor sebagai jaminan.

Sepertinya getaran tubuhku akan semakin bertambah. Pagi, hujan, serta  diterpa angin karena laju motor yang berjalan. Gigiku mengerutuk. Brrr. Namun tidak aku hiraukan. Mataku awas mencari penginapan. Di sekitar terminal ini pun terdapat beberapa penginapan.

Aku mencari penginapan di pusat kota. Aku menghentikan motor sejenak untuk bertanya arah ke pusat kota kepada warga setempat. Belum turun dari motor, tiba-tiba mataku tertuju pada sebuah plang di sisi kiri jalan, persis di depanku, bertuliskan Masjid Hidayatullah Banhaw. Dengan mudahnya aku ditunjukkan rumah ibadah di negara minoritas Muslim ini. Alhamdulillah.

Ya, memang di setiap perjalanan yang selalu aku cari adalah Masjid. Tidak menyangka bisa semudah ini aku menemukan Masjid. Pada plang tersebut tertera empat bahasa, selain Melayu, juga ada aksara Mandarin, Arab, dan Thai. Aku percaya bahwa ada kemudahan bagi orang-orang yang sedang dalam perjalanan atau musafir.

Di dekat plang tersebut terdapat jalan yang lebih kecil. Gerbang memasuki jalan itu di atasnya terdapat gapura bertuliskan Halal Street Hilal Town dan lambang bulan sabit. Tidak hanya Masjid, tetapi aku menemukan lebih dari itu, permukiman Muslim. Nikmat mana lagi yang harus aku dustakan.

Aku memasuki kawasan Muslim itu. Berjalan sekitar lima puluh meter, di sisi kiri tampak bangunan mewah bertingkat empat bagaikan hotel berbintang. Mataku tak berkedip menyaksikan apa yang aku lihat. Aku membandingkan bangunan megah tersebut dengan kondisi wilayah di sini yang Muslimnya sangat minoritas. Masya Allah.

Aku menembus gerbang masuk tersebut. Ternyata Masjidnya terletak di seberang bangunan bertingkat empat itu. Sepertinya bangunan yang menyerupai hotel itu tempat menuntut ilmu umat Muslim Chiang Mai. Suasana sepi. Mungkin sedang liburan. Hanya tampak beberapa orang, termasuk dua orang pengunjung mengenakan hijab yang datang menggunakan mobil.

Di sepanjang jalan ini berderet rumah makan halal. Aku pun tidak ingin melewatkan kesempatan untuk mencicipi kuliner di utara Thailand ini. Suasana rumah makan di sini terkesan tradisional, tetapi nyaman dan bersih. Udara dingin menambah kesan romantis.

Aku memesan khao soi. Makanan sejenis mi kuah. Mi disajikan kering, melunak sendiri di dalam kuah yang panas. Di dalamnya terdapat irisan daging ayam dan aneka bumbu penyedap. Rasanya cocok dilidahku. Sedap. Sejenak aku melupakan penginapan yang belum didapat.

7 Cara Mudah menuju Pulau Kundur

12049292_10207173785756485_3063469775878425354_n

Pulau Kundur merupakan salah satu pulau di Provinsi Kepri. Provinsi yang dikenal sebagai daerah maritim ini memiliki ribuan pulau. Tidak hanya pulau kecil, setiap kabupaten yang bernaung di proivnsi ini saja terpisah oleh lautan: Batam, Bintan, Karimun, Lingga, Natuna, dan Anambas. Enam kabupaten tersebut berada di enam pulau yang berbeda.

Coba tebak Pulau Kundur berada di kabupaten yang mana? Benar, Karimun. Meski berada di Kabupaten Karimun, namun masih terpisah pulau lagi.

Pulau Karimun, pulau ini merupakan wilayah administratif yang berpusat di Kota Tanjungbalai (Bukan Tanjungbalai Asahan). Meski lebih kecil dari Pulau Kundur namun semua kantor pemerintahan berdiri di pulau ini.

Pulau Kundur, pulau ini merupakan pulau terbesar di wialyah Karimun, dua kali lebih luas dari Pulau Karimun. Pulau Kundur dikenal sebagai penghasil durian yang unggul. Selain itu, gubernur pertama Provinsi Kepri berasal dari pulau ini, (Alm.) HM. Sani.

Nah, bagi yang ingin berkunjung ke Pulau Kundur, berikut 10 alternatif yang bisa dilakukan.

  1. Batam – Tanjungbatu

Tanjungbatu merupakan ibukota Pulau Kundur. Letaknya di ujung selatan. Wilayah ini memiliki penduduk paling padat. Jalur Batam – Tanjungbatu merupakan yang paling favorit. Dalam sehari ada lebih dari lima kali keberangkatan, mulai pagi hingga sore hari sekitar pukul dua siang. Ada dua alternatif pelabuhan di Batam untuk menuju Tanjungbatu, Sekupang dan Habrour Bay.

 

  1. Pulau Karimun – Selatbeliah

Rute ini merupakan yang paling dekat antara Pulau Karimun dengan Pulau Kundur. Pelabuhan di Pulau Karimun berada di pusat kota Tanjungbalai. Dari Tanjungbalai ke Selatbeliah hanya membutuhkan 15 menit menggunakan speed boat.

 

  1. Pulau Karimun – Tanjungbatu

Dulu, rute ini merupakan yang paling sering. Namun, sejak pelabuhan selatbeliah dipercantik, rute ke Tanjungbatu mulai berkurang. Dari Tanjungbalai Karimun ke Tanjungbatu memakan waktu satu jam menggunakan feri cepat.

 

  1. Pulau Karimun – Tanjungberlian (Urung)

Tanjungberlian berada di tengah-tengah Pulau Kundur, antara Tanjungbatu dengan Selatbeliah. Dari Tanjungbalai Karimun ke Tanjungberlian menghabiskan waktu 30 menit perjalanan.

 

  1. Tanjungpinang – Tanjungbatu

Tanjungpinang merupakan Ibukota Provinsi Kepri, berada di Pulau Bintan. Dari tanjungpinang ke Tanjungbatu hanya satu kali keberangaktan dalam sehari, yaitu pukul tujuh pagi. Lama perjalanan pada rute ini adalah dua jam mengguanakan feri cepat.

 

  1. Tembilahan (Riau) – Tanjungbatu

Ini merupakan rute antar provinsi: Riau dan Kepri. Intensitas keberangkatan biasanya dua kali dalam seminggu, pada hari-hari tertentu. Jarak perjalanan dari Tembilahan ke Tanjungbatu selama lima jam.

 

  1. Kualatungkal (Jambi) – Tanjungbatu

Ini merupakan rute antar provinsi paling jauh: Jambi dan Kepri. Lama perjalanan dari Kualatungkal ke Tanjungbatu adalah enam jam menggunakan feri cepat. Sama halnya dengan rute Tembilahan, rute ini hanya satu kali dalam seminggu, pada hari tertentu.

 

Gampang bukan? Perlu dicatat, pada rute Batam – Tanjungbatu atau Pulau Karimun – Selatbeliah, jika akan memilih keberangkatan kapal terakhir,  sebaiknya bertanya terlebih dahulu kepada petugas loket. Hal ini untuk menghindari dari perubahan jadwal kapal. Selamat bertualang ke Pulau Kundur.

Pertemuan Tak Terduga dengan Teman SMA

Ketemu teman SMA Dani
Tak sengaja, ketemu teman SMA di Pulau Kundur, setelah 12 tahun.

Masa SMA aku habiskan di Kota Gudeg, Yogyakarta. Kota ini dipenuhi dengan anak rantau dari berbagai daerah, Sabang sampai Merauke. Tidak hanya anak kuliahan, anak SMA juga banyak yang berstatus anak rantau di sini. Seperti di sekolahku, 60 persen siswanya merupakan orang luar Jogja. Mulai dari Jawa Tengah, Jawa Timur, Jawa Barat, Jakarta, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, hingga Papua.

Tentu saja yang mendominasi dari daerah-dearah terdekat seperti Jawa Tengah. Semua kabupaten di Jawa Tengah ada di sekolah ini. Salah satunya temanku Dani yang berasal dari Cilacap, Jawa Tengah.

Setelah diterima di SMA, aku memilih kos tak jauh dari sekolah. Ternyata  selain aku, ada lima orang siswa baru yang kos di sini, salah satunya Dani. Dani merupakan anak yang pintar. Dari kelas satu hingga kelas tiga ia selalu meraih peringkat tiga besar. Meski tidak pernah sekelas, namun keakraban teman-teman satu kos terasa di sini.

Singkat cerita, tiba masa kelulusan SMA. Dani diterima di Kedokteran Umum UGM. Sejak lulus SMA kami tidak pernah bertemu lagi, komunikasi pun sangat jarang. Di media sosial pun Dani hampir tidak pernah aktif, dapat dihitung jari.

Terhitung selama 12 tahun aku tidak pernah bertemu Dani lagi.

12 tahun kemudian..

Suatu ketika, aku pulang ke Pulau Kundur melalui pelabuhan Selatbeliah. Pelabuhan ini terletak di ujung utara, berjarak dekat dengan Ibukota Kabupaten Karimun, Tanjungbalai. Namun pelabuhan ini lebih sepi, karena bukan pelabuhan utama. Pelabuhan utama terletak di ujung selatan, pusat kota Pulau Kundur, Tanjungbatu,. Dari utara ke selatan berjarak satu jam dengan menggunakan kendaraan bermotor.

Setiba di Pelabuhan Selatbeliah, aku mengambil sepeda motor yang dititipkan di Pelabuhan. Motor perlahan berjalan meninggalkan pelabuhan. Membelah hutan yang sebagiannya sudah berubah menjadi jalan lebar dan beraspal mulus sepanjang satu kilometer.

Kemudian memasuki wilayah penduduk, melintasi ruko-ruko yang masih jarang yang dijadikan pusat pasar di wilayah utara. Wilayah utara Pulau Kundur ini terdapat perusahaan milik negara, PT. Timah. Ya, hasil bumi berupa emas hitam itu banyak ditemukan di sini. Pulau Kundur merupakan salah satu dari tiga penghasil timah terbesar di Indonesia selain Bangka Belitung dan Lingga.

Aku membawa motor dengan santai. Menikmati udara segar yang masih alami di daerah ini. Dari arah yang berlawanan tampak seseorang mengendarai sepeda motor, wajahnya sangat familiar. Sempat tak percaya apakah benar orang itu adalah Dani teman SMA-ku?

Bagaimana mungkin ia bisa nyasar ke Pulau Kundur? Pulau yang sangat asing di telinga. Jangankan di Jawa sana, di provinsinya sendiri saja, Kepri, pulau ini nyaris tidak terdengar gaungnya. Berbeda jika aku melihatnya di Batam atau Tanjungpinang yang merupakan kota utama tempat orang-orang melancong atau melakukan perjalanan dinas.

Aku memberanikan diri mengejar motor sosok pria berkacamata yang berboncengan dengan wanita berhijab itu. Membalikkan arah motor. Ia memarkirkan kendaraannya di depan minimarket. Aku menyusul di sebelahnya. Dan memanggil namanya untuk meyakinkan apakah benar orang yang aku maksud. “Dani?”

Benar. Pria itu adalah Dani teman SMA-ku yang sudah 12 tahun tidak berjumpa. Wajahnya tidak berubah sehingga mudah dikenali. Dani tidak pernah meng-upload fotonya di media sosial. Ternyata wanita yang diboncengnya adalah istrinya. Dani diterima sebagai dokter di PT. Timah penempatan di Pulau Kundur.